Senin, 29 April 2013

TUGAS II


1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional yang siap di belanjakan     (Y disposible) !
Jawab : Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siapun tuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.  Disposable income  ini diperoleh dari  personal income (PI)  dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.


2.      Jelaskan apa yang di maksud dengan pendapatan nasional per kapita !
Jawab : Pengertian Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah jumlah (nilai) barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu.
Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk membandingkan kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan melakukan perbandingan seperti itu, kita dapat mengamati apakah kesejahteraan masyarakat pada suatu negara secara rata-rata telah meningkat. Pendapatan per kapita yang meningkat merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata kesejahteraan penduduk telah meningkat. Pendapatan per kapitamenunjukkan pula apakah pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah telah berhasil, berapa besar keberhasilan tersebut, dan akibat apa yang timbul oleh peningkatan tersebut.


3.      Berikan Gambar ilustrasi untuk memperjelas soal no.2. Bisa dalam bentuk table atau grafik!





TUGAS I


1.      Jelaskan cara perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran (GNP) berilah 1 contoh perhitungannya !
Jawab :
Pendekatan Pengeluaran dapat dihitung dengan cara, menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu Negara selama satu periode tertentu.
Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment) dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M).
Rumus :

Y = C + I + G + (X – M)
Contoh :
Suatu Negara mempunyai pendapatan nasional sebagai berikut:
Konsumsi masyarakat Rp. 100.000.000
Pendapatan laba usaha Rp. 60.000.000
pengeluaran Negara Rp. 270.000.000
pendapatan sewa Rp. 45.000.000
Pengeluaran Investasi Rp. 95.000.000
EksporRp. 70.000.000
ImporRp. 55.000.000

dari data di atas hitunglah pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran Jawab:
Rumus pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran :
Y = C + I + G + (X - M)
Y = 100.000.000 + 95.000.000 + 270.000.000 + (70.000.000 - 55.000.000)
Y = 465.000.000 + 15.000.000
Y = 410.000.000

Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Konsumen (RTK)
I  = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga Produsen (RTP)
G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah Tangga Pemerintah (RTG)
X = Ekspor
M = Impor

Jadi, jumlah pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran adalah Rp. 410.000.000,-



2.      Jelaskan cara perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan (NI) berilah 1 contoh perhitungannya !
Jawab :
Pendekatan Pendapatan dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan sewa (Rent), upah (Wage),  bunga (Interest) danlaba (Profit) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu Negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
Rumus :

Y = R + W + I + P
Contoh :
Pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam suatu perekonomian sebagai berikut:
Upah dan gaji Rp 15.000.000,-
Sewa tanah Rp 9.250.000,-
Konsumsi Rp 18.000.000,-
Pengeluaran pemerintah Rp 14.000.000,-
Bunga Modal Rp 3.500.000,-
Keuntungan Rp 12.000.000,-
Investasi Rp 4.500.000,-
Ekspor Rp 12.500.000,-
Impor Rp 7.250.000,-

Tentukan pendapatan nasional pendekatan pendapatan!
Jawab :
Rumus pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan :
Y= R + W + I + P
Y = 9.250.000 + 15.000.000 + 3.500.000 + 12.000.000
Y = 39.750.000


Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
R = Sewa
W = Upah
I = Bunga
P = Laba / Untung 

Jadi, perkiraan nilai pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pendapatan adalah Rp. 39.750.000,-

Selasa, 16 April 2013

Pengaruh Pertanian di Indonesia dalam Perkembangan Ekonomi Negara


PENDAHULUAN
               
            Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan hasil alamnya, terutama dalam sektor pertanian. Hampir 70% masyarakat Indonesia hidup dengan menggantungkan diri dari hasil alam. Banyak sekali yang dapat diproduksi dari sektor pertanian. Tidak hanya makanan pokok, tetapi juga cemilan, minuman dan masih banyak lagi yang bisa diproduksi oleh hasil pertanian. Bahkan Indonesia juga sudah banyak  mengekspor hasil produksi pertanian ke berbagai Negara di dunia. Mengapa sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan ekonomi di Indonesia? Salah satu faktornya karena Indonesia merupakan Negara agraris, yang dipertahankan dari dulu dan masih sampai sekarang. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, baik itu pada pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa Negara, pemenuhan kebutuhan pangan, maupun penyerapan tenaga kerja.

ISI

Perekonomian di Indonesia, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kita sangat tergantung dari hasil alamnya, terutama dari sektor pertanian. Banyak sekali hasil perkebunan di Indonesia yang di ekspor ke berbagai Negara dan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi keuangan dalam negeri dari hasil ekspor pertanian tersebut. Pertanian dapat dilihat sebagai sesuatu yang sangat potesial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
Ø  ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
Ø  Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
Ø  Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Ø  Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, dimana ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor pertanian pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja yang tinggi.
            Pertanian juga memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan pengurangan tingkat ketergantungan Negara terhadap impor atas komoditi pertanian.komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, hingga berbagai macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk.
            Dalam sistem ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sektor bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan sektor non pertanian. Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestik didomonasi oleh produk pertanian seperti buah, beras, dan sayuran hingga daging. Dari sisi keterkaitan produksi, industri kelapa sawit dan rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.
            Kontradiksi kontribusi produk dan kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk pertanian dan menyebabkan suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian akan berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan daya saing produk produk pertanian.
Pada tahun 2006 kontribusi sektor pertanian pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 14,15 persen, menempati posisi ketiga setelah sektor perdagangan sebesar 16,89 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 27,84 persen.
Sumbangan devisa sektor pertanian ditunjukkan melalui kinerja neraca perdagangan (balance of trade), selama tahun 2003-2007 selalu menunjukkan nilai surplus dengan tingkat kenaikan yang cukup tinggi. Ekspor komoditas pertanian selama periode 2003-2007 naik sebesar 11.520,16 juta US $ (152 persen), disisi lain impor hanya mengalami kenaikan sebesar 1.479,15 juta US $ (32 persen), dilihat dari surplus neraca perdagangan terjadi kenaikan dari 2.995,63 juta US $ menjadi 13.036,64 US $ atau sebesar 10.041,01 juta US $ (335 persen)

Neraca Ekspor Impor Komoditas Pertanian Tahun 2003-2007

Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Ekspor
7 536 242
   9 887 593
11 584 429
14 863 221
19 056 402
Impor
4 540 614
5 027 755
5 136 916
5 961 331
6 019 761
Neraca
2 995 628
4 859 838
6 447 513
8 901 890
13 036 641
Sumber : BPS 2007 (diolah)

         Simatupang dan Darmorejo (2003) menyebutkan keunggulan sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya adalah dalam proses produksinya sektor pertanian berbasis pada sumber daya domestik sehingga lebih tahan dalam menghadapi gejolak internal dan perekonomian makro pada masa krisis. Disamping itu, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian bersifat fleksibel, dan tenaga kerja bebas untuk keluar masuk karena kurang membutuhkan keahlian dan pendidikan tertentu. Pertumbuhan produksi di sektor pertanian juga menjadi penghalang bagi kenaikan harga pangan sehingga dapat mencegah peningkatan penduduk miskin. Beberapa kasus dalam program pemulihan ekonomi terbukti sektor pertanian merespon lebih cepat daripada sektor non pertanian terhadap kebijakan baru dan tumbuh lebih cepat daripada sektor lainnya.
         Sagjoyo (2002) menyebutkan keberhasilan pembangunan pertanian era 1980-an disebabkan adanya kebijakan ekonomi mikro dan makro yang mendukung terhadap sektor pertanian. Alokasi APBN untuk sektor pertanian sebesar 9,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dari rata rata Negara berkembang yang hanya sebesar 7,5 persen.

PENUTUP

   Meskipun pemerintah menyadari bagaimana peran penting sektor pertanian, namun sampai saat ini banyak kebijakan ekonomi yang belum sepenuhnya mendukung sektor pertanian. Kebijakan dalam sektor pertanian dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh pengaturan tataniaga beberapa input dasar (pupuk, obat-obatan dan lain lain), dengan maksud untuk mempermudah akses petani dalam memperoleh input, namun karena produksinya hanya dilakukan produsen tunggal, akibatnya yang terjadi adalah praktek monopoli terhadap supply input. Disisi lain pada pasar produk komoditas pertanian, pembangunan industri hilir produk selama ini juga tidak banyak melibatkan masyarakat petani, akibatnya petani hanya terfokus pada produk primer dengan nilai tambah yang rendah. Nilai tambah yang kecil dengan tingkat resiko yang tinggi pada akhirnya hanya memarginalkan petani dalam kelompok warga yang memiliki penghasilan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Senin, 01 April 2013

Pengaruh Bisnis Waralaba (Franchise) Terhadap Perekonomian Indonesia


PENDAHULUAN
            Dalam tulisan ini, saya akan membahas tentang mengapa binis waralaba atau yang biasa disebut dengan Franchise dalam duna bisnis dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebelumnya, apakah itu bisnis waralaba? Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 12 Tahun 2006, waralaba adalah perikatan antara pemberi waralaba  dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu  imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan kontribusi operasional yang berkesinambungan.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya .
Bisnis waralaba dapat juga didefinisikan sebagai suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki merek dagang dikenal dan sistem manajemen, keuangan dan pemasaran yang telah mantap, disebut pewaralaba, dengan perusahaan/individu yang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem milik pewaralaba, disebut terwaralaba. Pewaralaba wajib memberikan bantuan teknis, manajemen dan pemasaran kepada terwaralaba. Sebagai imbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah biaya kepada pewaralaba sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati keduanya. Dengan kata lain bahwa bisnis waralaba mengandalkan pada kemampuan mitra usaha dalam mengembangkan dan menjalankan kegiatan usaha waralaba melalui tatacara, proses serta suatu “code of conduct” dan sistem yang telah ditentukan oleh perusahaan pemberi waralaba.

ISI

Seperti yang kita lihat dewasa ini, banyak sekali bisnis waralaba yang menjamur di Negara kita. Kita harus mengakui, bahwa dengan banyaknya bisnis waralaba di Indonesia, kehidupan pemerintah maupun maskarakat terbantu. Usaha waralaba tidak hanya membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya dan membantu pemerintah dalam keuangan Negara, tetapi juga membantu mengurangi pengangguran.Oleh sebab itu, pemerintah harus selalu berupaya untuk mendorong masyarakat untuk ambil bagian dalam bisnis  waralaba tersebut sehingga mereka bisa lebih terberdayakan, yang pada gilirannya diharapkan mampu mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Sejalan dengan itu bagaimana upaya membangun dan menumbuh-kembangkan sistem waralaba yang asli hasil inovasi teknologi dalam negeri agar multiplier pendapatan maupun tenaga kerja seluruhnya dapat dinikmati oleh masyarakat banyak.
            Bisnis waralaba mempunyai prospek bisnis bagi pengusaha yang berskala kecil sampai menengah yang didominasi oleh rakyat pada umumnya. Hal ini karena bisnis waralaba sudah terbukti dapat meningkatkan akses pasar, mensinergikan perkembangan pengusaha besar melalui kemitraan, serta mempercepat mengatasi persoalan kesenjangan kesempatan berusaha antara golongan ekonomi kuat yang sudah mempunyai jejaring dengan golongan ekonomi lemah. Sistem ini juga mempercepat pemanfaatan produk dan jasa untuk didistribusikan ke daerah-daerah, karena sistem ini memungkinkan partisipasi dari sumberdaya daerah terlibat hingga ke tingkat kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan.
Pengusaha kecil—dengan segala keterbatasan  yang dimilikinya—diharapkan mampu memanfaatkan sistem waralaba dalam mengembangkan usahanya terutama sebagai penerima waralaba (franchisee).  Hal ini disebabkan:
1.   Franchisee mendapat pelatihan khusus yang telah terstruktur dari pihak franchisor untuk mengatasi kendala pengetahuan yang mereka miliki. Di samping itu, franchisee dapat memanfaatkan pengalaman, organisasi dan manajemen kantor franchisor; walaupun dia tetap mandiri dalam menjalankan bisnisnya sendiri.
2.  Franchisee akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dibandingkan bila mereka mencoba menjalankan bisnis sejenis secara mandiri. Hal ini dimungkinkan karena franchisor tidak lagi memperhitungkan biaya-biaya percobaan yang telah dilakukannya.
3.  Franchisee mendapat keuntungan untangible dengan resiko yang lebih rendah karena produk yang dihasilkannya sudah mempunyai nama  dalam pandangan  pikiran konsumen. Di samping itu, franchisee mendapat keuntungan dari penggunaan paten, merk dagang, hak cipta, dan rahasia dagang.
4. Franchisee dapat memanfaatkan hasil penelitian & pengembangan franchisor dalam memperbaiki bisnis sehingga bisnis tersebut tetap konpetitif terutama dalam pemilihan lokasi yang menguntungkan karena kesuksesan bisnis waralaba sangat ditentukan oleh pemilihan lokasi yang tepat dan strategis sehingga memiliki peluang pasar yang bagus.
               
                Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WALI yaitu sebuah perhimpunan bisnis Waralaba Di Indonesia dan lisensi bahwa pada 2011 saja pemasukan dari usaha waralaba telah mencapai triliunan, sekita 120 triliun. diperkirakan angka tersebut akan terus bertambah untuk tahun 2012 bisa mencapai 144 triliun Rupiah. Angka yang sangat fantastis bagi ukuran usaha kecil menengah.
                Inilah mengapa bisnis waralaba bisa diandalkan untuk perkembangan perekonomian di Indonesia, faktor faktornya sangat mendukung, melihat usaha waralaba yang resiko untuk gulung tikar atau bangkrut relative kecil dibandingkan dengan usaha usaha yang lain, relative lebih simple dan cepat, dan yang terpenting bisnis waralaba ini secara nyata mampu mengubah pola pikir atau mental cukup menjadi seorang pegawai menjadi mental seorang pemilik atau pengusaha. Selain potensinya yang sangat memungkinkan mengatasi persolan pengangguran, bisnis ini juga menawarkan rentang biaya investasi cukup beragam sehingga dapat memberikan opsi pilihan investor.

PENUTUP

            Di Indonesia waralaba yang masih berkembang pesat dan masih sangat menguntungkan adalah waralaba di bidang makanan (Wong Solo, Sapo Oriental, CFC, KFC, Pizza Hut, dan masih banyak merek lainnya). Waralaba berbentuk mini outlet ( Indomaret, Yomart, AlfaMart) banyak menyebar ke pelosok kampung dan pemukiman padat penduduk. Perkembangan merek dan waralaba dalam negeri cukup pesat dan pada pameran pameran franchise di tanah air terlihat banyak merek merek nasional Indonesia bersaing dengan merek global dan regional. 

Contoh waralaba di Indonesia :













Demikan pembahasan saya mengenai pengaruh waralaba terhadap perekonomian Indonesia, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI