PENDAHULUAN
Negara
Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan hasil alamnya, terutama dalam
sektor pertanian. Hampir 70% masyarakat Indonesia hidup dengan menggantungkan
diri dari hasil alam. Banyak sekali yang dapat diproduksi dari sektor
pertanian. Tidak hanya makanan pokok, tetapi juga cemilan, minuman dan masih
banyak lagi yang bisa diproduksi oleh hasil pertanian. Bahkan Indonesia juga
sudah banyak mengekspor hasil produksi
pertanian ke berbagai Negara di dunia. Mengapa sektor pertanian sangat
berpengaruh bagi perkembangan ekonomi di Indonesia? Salah satu faktornya karena
Indonesia merupakan Negara agraris, yang dipertahankan dari dulu dan masih
sampai sekarang. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia, baik itu pada pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa Negara,
pemenuhan kebutuhan pangan, maupun penyerapan tenaga kerja.
ISI
Perekonomian di Indonesia, mau tidak mau kita harus
mengakui bahwa kita sangat tergantung dari hasil alamnya, terutama dari sektor
pertanian. Banyak sekali hasil perkebunan di Indonesia yang di ekspor ke
berbagai Negara dan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi keuangan dalam
negeri dari hasil ekspor pertanian tersebut. Pertanian dapat dilihat sebagai sesuatu
yang sangat potesial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
Ø ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat
tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi
permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan
produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
Ø Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan
permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
Ø Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor
ekonomi lainnya.
Ø Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber
devisa).
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, dimana ekonomi
dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian penduduknya
atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap
sektor pertanian pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar
dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja yang tinggi.
Pertanian juga memiliki kontribusi
yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan
pengurangan tingkat ketergantungan Negara terhadap impor atas komoditi
pertanian.komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, hingga berbagai macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam
peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi
produk.
Dalam sistem ekonomi terbuka, besar
kontribusi produk sektor bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan sektor non
pertanian. Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestik didomonasi
oleh produk pertanian seperti buah, beras, dan sayuran hingga daging. Dari sisi
keterkaitan produksi, industri kelapa sawit dan rotan mengalami kesulitan bahan
baku di dalam negeri, karena bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang
lebih mahal.
Kontradiksi kontribusi produk dan
kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk pertanian dan menyebabkan
suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor
produk pertanian akan berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri. Untuk
menghindari trade off ini, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu peningkatan
kapasitas produksi dan peningkatan daya saing produk produk pertanian.
Pada tahun 2006 kontribusi sektor pertanian pada pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 14,15 persen, menempati posisi ketiga
setelah sektor perdagangan sebesar 16,89 persen, dan sektor industri pengolahan
sebesar 27,84 persen.
Sumbangan devisa sektor pertanian ditunjukkan melalui
kinerja neraca perdagangan (balance of trade), selama tahun 2003-2007 selalu
menunjukkan nilai surplus dengan tingkat kenaikan yang cukup tinggi. Ekspor
komoditas pertanian selama periode 2003-2007 naik sebesar 11.520,16 juta US $
(152 persen), disisi lain impor hanya mengalami kenaikan sebesar 1.479,15 juta
US $ (32 persen), dilihat dari surplus neraca perdagangan terjadi kenaikan dari
2.995,63 juta US $ menjadi 13.036,64 US $ atau sebesar 10.041,01 juta US $ (335
persen)
Neraca Ekspor Impor Komoditas
Pertanian Tahun 2003-2007
Tahun
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
Ekspor
|
7 536
242
|
9 887
593
|
11 584
429
|
14 863
221
|
19 056
402
|
Impor
|
4 540 614
|
5 027 755
|
5 136 916
|
5 961 331
|
6 019 761
|
Neraca
|
2 995
628
|
4 859
838
|
6 447
513
|
8 901
890
|
13 036
641
|
Sumber : BPS 2007 (diolah)
Simatupang
dan Darmorejo (2003) menyebutkan keunggulan sektor pertanian dibandingkan
sektor lainnya adalah dalam proses produksinya sektor pertanian berbasis pada
sumber daya domestik sehingga lebih tahan dalam menghadapi gejolak internal dan
perekonomian makro pada masa krisis. Disamping itu, penyerapan tenaga kerja di
sektor pertanian bersifat fleksibel, dan tenaga kerja bebas untuk keluar masuk
karena kurang membutuhkan keahlian dan pendidikan tertentu. Pertumbuhan produksi
di sektor pertanian juga menjadi penghalang bagi kenaikan harga pangan sehingga
dapat mencegah peningkatan penduduk miskin. Beberapa kasus dalam program
pemulihan ekonomi terbukti sektor pertanian merespon lebih cepat daripada
sektor non pertanian terhadap kebijakan baru dan tumbuh lebih cepat daripada
sektor lainnya.
Sagjoyo
(2002) menyebutkan keberhasilan pembangunan pertanian era 1980-an disebabkan
adanya kebijakan ekonomi mikro dan makro yang mendukung terhadap sektor
pertanian. Alokasi APBN untuk sektor pertanian sebesar 9,6 persen, lebih tinggi
dibandingkan dari rata rata Negara berkembang yang hanya sebesar 7,5 persen.
PENUTUP
Meskipun
pemerintah menyadari bagaimana peran penting sektor pertanian, namun sampai
saat ini banyak kebijakan ekonomi yang belum sepenuhnya mendukung sektor
pertanian. Kebijakan dalam sektor pertanian dalam implementasinya belum sesuai
dengan yang diharapkan. Sebagai contoh pengaturan tataniaga beberapa input
dasar (pupuk, obat-obatan dan lain lain), dengan maksud untuk mempermudah akses
petani dalam memperoleh input, namun karena produksinya hanya dilakukan
produsen tunggal, akibatnya yang terjadi adalah praktek monopoli terhadap
supply input. Disisi lain pada pasar produk komoditas pertanian, pembangunan industri
hilir produk selama ini juga tidak banyak melibatkan masyarakat petani, akibatnya
petani hanya terfokus pada produk primer dengan nilai tambah yang rendah. Nilai
tambah yang kecil dengan tingkat resiko yang tinggi pada akhirnya hanya
memarginalkan petani dalam kelompok warga yang memiliki penghasilan yang
rendah.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI