Selasa, 16 April 2013

Pengaruh Pertanian di Indonesia dalam Perkembangan Ekonomi Negara


PENDAHULUAN
               
            Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan hasil alamnya, terutama dalam sektor pertanian. Hampir 70% masyarakat Indonesia hidup dengan menggantungkan diri dari hasil alam. Banyak sekali yang dapat diproduksi dari sektor pertanian. Tidak hanya makanan pokok, tetapi juga cemilan, minuman dan masih banyak lagi yang bisa diproduksi oleh hasil pertanian. Bahkan Indonesia juga sudah banyak  mengekspor hasil produksi pertanian ke berbagai Negara di dunia. Mengapa sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan ekonomi di Indonesia? Salah satu faktornya karena Indonesia merupakan Negara agraris, yang dipertahankan dari dulu dan masih sampai sekarang. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, baik itu pada pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa Negara, pemenuhan kebutuhan pangan, maupun penyerapan tenaga kerja.

ISI

Perekonomian di Indonesia, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kita sangat tergantung dari hasil alamnya, terutama dari sektor pertanian. Banyak sekali hasil perkebunan di Indonesia yang di ekspor ke berbagai Negara dan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi keuangan dalam negeri dari hasil ekspor pertanian tersebut. Pertanian dapat dilihat sebagai sesuatu yang sangat potesial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
Ø  ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
Ø  Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
Ø  Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Ø  Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, dimana ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor pertanian pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja yang tinggi.
            Pertanian juga memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan pengurangan tingkat ketergantungan Negara terhadap impor atas komoditi pertanian.komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, hingga berbagai macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk.
            Dalam sistem ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sektor bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan sektor non pertanian. Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestik didomonasi oleh produk pertanian seperti buah, beras, dan sayuran hingga daging. Dari sisi keterkaitan produksi, industri kelapa sawit dan rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.
            Kontradiksi kontribusi produk dan kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk pertanian dan menyebabkan suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian akan berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan daya saing produk produk pertanian.
Pada tahun 2006 kontribusi sektor pertanian pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 14,15 persen, menempati posisi ketiga setelah sektor perdagangan sebesar 16,89 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 27,84 persen.
Sumbangan devisa sektor pertanian ditunjukkan melalui kinerja neraca perdagangan (balance of trade), selama tahun 2003-2007 selalu menunjukkan nilai surplus dengan tingkat kenaikan yang cukup tinggi. Ekspor komoditas pertanian selama periode 2003-2007 naik sebesar 11.520,16 juta US $ (152 persen), disisi lain impor hanya mengalami kenaikan sebesar 1.479,15 juta US $ (32 persen), dilihat dari surplus neraca perdagangan terjadi kenaikan dari 2.995,63 juta US $ menjadi 13.036,64 US $ atau sebesar 10.041,01 juta US $ (335 persen)

Neraca Ekspor Impor Komoditas Pertanian Tahun 2003-2007

Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Ekspor
7 536 242
   9 887 593
11 584 429
14 863 221
19 056 402
Impor
4 540 614
5 027 755
5 136 916
5 961 331
6 019 761
Neraca
2 995 628
4 859 838
6 447 513
8 901 890
13 036 641
Sumber : BPS 2007 (diolah)

         Simatupang dan Darmorejo (2003) menyebutkan keunggulan sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya adalah dalam proses produksinya sektor pertanian berbasis pada sumber daya domestik sehingga lebih tahan dalam menghadapi gejolak internal dan perekonomian makro pada masa krisis. Disamping itu, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian bersifat fleksibel, dan tenaga kerja bebas untuk keluar masuk karena kurang membutuhkan keahlian dan pendidikan tertentu. Pertumbuhan produksi di sektor pertanian juga menjadi penghalang bagi kenaikan harga pangan sehingga dapat mencegah peningkatan penduduk miskin. Beberapa kasus dalam program pemulihan ekonomi terbukti sektor pertanian merespon lebih cepat daripada sektor non pertanian terhadap kebijakan baru dan tumbuh lebih cepat daripada sektor lainnya.
         Sagjoyo (2002) menyebutkan keberhasilan pembangunan pertanian era 1980-an disebabkan adanya kebijakan ekonomi mikro dan makro yang mendukung terhadap sektor pertanian. Alokasi APBN untuk sektor pertanian sebesar 9,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dari rata rata Negara berkembang yang hanya sebesar 7,5 persen.

PENUTUP

   Meskipun pemerintah menyadari bagaimana peran penting sektor pertanian, namun sampai saat ini banyak kebijakan ekonomi yang belum sepenuhnya mendukung sektor pertanian. Kebijakan dalam sektor pertanian dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh pengaturan tataniaga beberapa input dasar (pupuk, obat-obatan dan lain lain), dengan maksud untuk mempermudah akses petani dalam memperoleh input, namun karena produksinya hanya dilakukan produsen tunggal, akibatnya yang terjadi adalah praktek monopoli terhadap supply input. Disisi lain pada pasar produk komoditas pertanian, pembangunan industri hilir produk selama ini juga tidak banyak melibatkan masyarakat petani, akibatnya petani hanya terfokus pada produk primer dengan nilai tambah yang rendah. Nilai tambah yang kecil dengan tingkat resiko yang tinggi pada akhirnya hanya memarginalkan petani dalam kelompok warga yang memiliki penghasilan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar