Senin, 24 Desember 2012

TUGAS PENGANTAR BISNIS MINGGU KE 11.12.13


 1.    Buatlah satu contoh laporan keuangan perusahaan riil dan universal (Neraca/ laporan laba rugi)
    2.    Apa arti dari CSR tentang tanggung jawab sosial suatu bisnis pada masyarakat dan berilah 1 contoh perusahaan riil dan universal untuk implementasi CSR.
  3.    Jelaskan perkembangan bisnis internasional pada kurun 5 tahun terakhir dan 10 tahun mendatang.

JAWAB :
   1.     
A. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. COCA COLA COMPANY
NERACA KOMPARATIF
18 Desember 2010 dan 2011
(Disajikan Dalam Jutaan Rupiah)
AKTIVA
2010
2011
Perubahan
         Dalam%
Dalam rupiah
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas
4.271.208
4.538.051
-5,88
(266.843)
Investasi jangka pendek
623.134
227.337
174,10
395.797
Piutang Usaha bersih
Pihak ke tiga
2.087.348
2.022.069
3,23
65.279
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
172.734
114.332
51,08
58.402
Bukan Usaha
Pihak ke tiga
404.927
146.983
175,49
257.944
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
95.962
84.447
13,63
11.515
Persediaan Bersih
6.061.219
4.172.388
45,26
1.888.831
Uang muka dan jaminan
266.126
239.116
11,29
27.010
Pajak dibayar di muka
461.862
160.660
187,47
301.202
Beban tanaman ditangguhkan
61.672
27.037
128,10
34.635
Biaya dibayar di muka dan aktiva lancar lainnya
92.230
76.709
20,23
15.521
Jumlah aktiva lancar
14.598.422
11.809.129
23,61
2.789.293
Aktiva Tidak Lancar
Tagihan pajak penghasilan
81.594
49.545
64,68
32.049
Piutang plasma – bersih
401.172
236.120
69,90
165.052
Aktiva pajak tangguhan – bersih
229.515
167.299
37,18
62.216
Penyertaan jangka panjang dan uang muka untuk pembelian investasi
164.864
20.219
715,39
144645
Tanaman perkebunan
Tanaman menghasilkan – setelah dikurangi akumulasi amortisasi
3.618.678
3.305.778
9,46
312.900
Tanaman belum menghasilkan
1.593.691
1.499.069
6,31
94.622
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
9.586.545
8.166.816
17,38
1.419.729
Beban ditangguhkan – bersih
564.156
477.336
18,18
86.820
Goodwill – bersih
4.484.479
3.074.823
45,84
1.409.656
Aktiva tidak berwujud – bersih
2.598.148
0
2.598.148
Aktiva tidak lancar lainnya
1.673.000
900.761
85,73
772.239
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
24.995.842
17.897.766
39,65
7.098.076
Jumlah Aktiva
39.594.264
29.706.895
33,28
9.887.369
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2008
2007
Perubahan
Dalam%
Dalam Rp
Kewajiban Lancar
Hutang bank jangka pendek dan cerukan
7.634.711
5.734.104
33,14
1.900.607
Hutang “trust receipts
2.153.921
1.205.892
78,61
948.029
Hutang  Usaha
Pihak ketiga
2.449.368
1.764.253
38,83
685.115
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
65.321
71.013
-8,01
-5.692
Bukan usaha
Pihak ketiga
458.818
505.075
-9,15
-46.257
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
208.559
124.291
67,79
84.268
Beban masih harus dibayar
1.103.395
1.190.093
-7,28
-86.698
Hutang pajak
598.091
496.279
20,51
101.812
Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu  satu tahun
Hutang obligasi - bersih
975.309
1.224.464
-20,34
-249.155
Hutang bank
606.610
567.509
6.88
39.101
Hutang sewa
8.058
5.704
41,26
2.354
Jumlah Kewajiban Lancar
16.262.161
12.888.677
26,17
3.373.484
Kewajiban Tidak Lancar
Pinjaman jangka panjang - setelah  dikurangi bagian yang jatuh  tempo dalam waktu satu tahun
Hutang bank
5.204.922
688.719
655,73
4.516.203
Hutang obligasi - bersih
1.989.588
2.960.430
-32,79
-970.842
Hutang sewa
6.088
6.549
-7,03
-461
Jumlah pinjaman jangka panjang
7.200.598
3.655.698
96,96
3.544.900
Kewajiban pajak tangguhan – bersih
1.888.123
1.517.928
24,38
370.195
Estimasi kewajiban imbalan kerja
980.543
729.081
34,49
251.462
Kewajiban tidak lancar lainnya
100.944
0
-
100.944
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar
10.170.208
5.902.707
72,29
4267.501
Goodwill - bersih
2.955
3.134
-5,71
-179
Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan
4.660.191
3.721.828
25,21
938.363
EKUITAS
2010
2011
Perubahan
    Persen%       DalamRp
Modal saham - nilai nominal Rp100 per saham
Modal dasar - 30.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh
878.043
944.419
-7,02
-66.376
Agio saham
1.497.733
1.182.046
26,70
315.687
Selisih nilai transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali
(1.160.859)
(1.051.958)
10,35
-108.901
Laba yang belum terealisasi atas investasi efek - bersih
185.315
154.167
20,20
31.148
Selisih perubahan ekuitas anak Perusahaan
1.572.446
1.611.683
-2,43
-39.237
Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan
197.684
28.057
604,58
169.627
Modal proforma
0
63.953
-100,00
-63.953
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya
60.000
55.000
9.09
5.000
Belum ditentukan penggunaannya
5.268.387
4.944.251
6,55
324.136
Modal saham yang diperoleh kembali
0
(741.069)
-100,00
741.069
Jumlah Ekuitas Bersih
8.498.749
7.190.549
18,19
1.308.200
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
39.594.264
29.706.895
33,28
9.887.369
LAPORAN LABA RUGI KOMPARATIF
Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal
18 Desember 2010, 2011
(Disajikan Dalam Jutaan Rupiah)
2010
2011
Perubahan
Dalam%
    Dalam Rp
Penjualan Bersih
38.799.279
27.858.304
39,27
10.940.975
Beban Pokok Penjualan
29.822.362
21.232.761
40,45
8.589.601
Laba Kotor
8.976.917
6.625.543
35,48
2.351.374
Beban Usaha
Penjualan
2.742.292
2.339.821
17,20
402.471
Umum Dan Administrasi
1.893.149
1.409.282
34,33
483.867
Jumlah Beban Usaha
4.635.441
3.749.103
23,64
886.338
Laba Usaha
4.341.476
2.876.440
50,93
1.465.036
Penghasilan/(Beban) Lain-Lain
Penghasilan bunga
168.516
158.347
6,42
10.169
Beban bunga dan pendanaan lainnya
(1.157.562)
(710.615)
62,89
446.947
Laba/(rugi) kurs – bersih
(713.131)
13.411
-5417,50
(726.542)
Lain-lain – bersih
(39.476)
(296.174)
-86,67
(256.698)
Beban Lain-lain – Bersih
(1.741.653)
(835.031)
108,57
906.622
Laba Sebelum Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan
2.599.823
2.041.409
27,35
558.414
Manfaat/(Beban)Pajak Penghasilan
    Tahun berjalan
(1.181.312)
(878.006)
34,54
303.306
    Tangguhan
379.759
187.314
102,73
192.445
    Beban Pajak Penghasilan -   
    Bersih
(801.553)
(690.692)
16,05
110.861
Laba Sebelum Hak Minoritas
Atas Laba Bersih AnakPerusahaan Dan Penyesuaian Proforma
1.798.270
1.350.717
33,13
447.553
Hak Minoritas Atas  Laba Bersih Anak Perusahaan – Bersih
(782.597)
(387.270)
102,08
395.327
Penyesuaian Proforma
18.716
16.910
10,68
1.806
Laba Bersih
1.034.389
980.357
5,51
54.032
    2.       Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. COntoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability.
 CONTOH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN) :
    STRUKTUR ORGANISASI
      PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”, PLN bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk itu, PLN mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud nyata dari  Tanggungjawab Sosial Perusahaan

     
   Wewenang dan tanggung jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung  Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT PLN (Persero), mencakup di antaranya:
·         Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dan CSR dengan lingkup kegiatan Community relation, Community Services, Community Empowering dan Pelestarian alam.
·         Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.
·         Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan peningkatan citra perusahaan.
·         Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam termasuk penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance.
   3.       Perkembangan bisnis internasional 5 tahun terakhir  
    A.    Perkembangan Perdagangan Luar Negeri
      Perkembangan Ekspor
    Nilai ekspor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$ 116,04 miliar mengalami peningkatan sebesar 36,5 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2010, yang masih dalam proses pemulihan seiring menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009. Peningkatan ini dipacu oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen, dan ekspor non migas sebesar 33,1 persen.Sementara itu, ekspor pada bulan Juli 2011 mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Lebih rendahnya nilai ekspor di bulan Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya lebih diakibatkan oleh turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen. Hingga bulan Juli 2011, ekspor produk industri masih menjadi penyumbang terbesar ekspor dengan kontribusinya sebesar 60,8 persen, diikuti oleh komoditas pertambangan (16,4persen) dan komoditas pertanian (2,6 persen). Impor
     
     non migas mencakup 79,8 persen dari total ekspor, sementara migas 20,2 persen. Jika sektor pertambangan mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 35,8 persen sepanjang tahun 2010, hingga bulan Juli 2011, ekspor produk industri terlihat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan komoditas pertambangan dan pertanian, yaitu dengan laju sebesar 34,9 persen .Sepanjang tahun 2010, Jepang masih menjadi pangsa pasar ekspor nonmigas Indonesia terbesar, dengan kontribusi sebesar 12,7 persen. Sementara pada tahun yang sama, China menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah Jepang, dengan kontribusi sebesar 10,9 persen. Memasuki pertengahan tahun 2011, China menyalip Jepang menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan 11,8% (diikuti Jepang dengan 11,3%).
      Perkembangan Impor
     Nilai impor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$99,6 milyar atau meningkat sebesar 31,9 persen  dibanding periode yang sama tahun 2010 yang besarnya US$75,6 miliar. Sementara pada bulan juli 2011, nilai impor Indonesia mencapai US$ 16,1 miliar, meningkat 27,2 persen dibandingkan juli 2010.Impor migas hingga bulan Juli 2011 meningkat sebesar 51,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010, sementara impor non migas meningkat sebesar 27,0 persen (yang dipicu oleh kenaikan nilai ekspor barang konsumsi dan bahan baku sebesar masing-masing 35,0% dan 36,0%). Hingga bulan Juli 2011, impor nonmigas berkontribusi sebesar 79,9 persen dari total impor Indonesia hingga Bulan Juli 2011, sementara impor migas berkontribusi sebesar 20,1 persen. Impor bahan baku masih mendominasi impor Indonesia Jan-Jul 2011 dengan 75,2 persen dari total impor nonmigas, diikuti oleh impor barang modal (17,2 persen), dan barang konsumsi (7,6 persen). Impor kelompok bahan baku dan barang konsumsi hingga bulan Juli 2011 mengalami peningkatan tajam bila dibandingkan periode yang sama tahun 2010, menandakan pulihnya sektor industri domestic seiring pulihnya tingkat konsumsi masyarakat dan perekonomian pasca krisis global. Hingga bulan Juli 2011, negaranegara ASEAN masih menjadi asal impor Indonesia yang terbesar, yaitu sebesar 22,5 persen. China menjadi negara asal impor terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 18,7 persen, diikuti Jepang dengan 13,6 persen.
     B.    PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
     Perkembangan Indeks Penjualan Ritel
     Indeks penjualan ritel pada periode pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 296,0. Secara rata-rata, indeks penjualan ritel pada periode Jan-Jul 2011 tercatat sebesar 262,5.Setelah sempat mengalami penurunan pada bulan Februari 2011, indeks penjualan ritel terus mengalami peningkatan hingga bulan Juli 2011. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh tren meningkatnya konsumsi masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri dan masa liburan sekolah.
     C.   PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS
      Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik
      Periode Januari-September 2011, harga beras medium, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng curah mengalami tren yang relative stabil, kecuali minyak goreng dalam kemasan yang mengalami tren peningkatan harga.Harga beras medium tertinggi per16 September 2011 terjadi di Jambi (sebesar Rp.8.400,-/kg) dan terendah di Gorontalo (sebesar Rp.6.000,-/kg)
      Harga Komoditas di Pasar Internasional
     Setelah sempat mengalami peningkatan sesaat terkait pertemuan OPEC pada tanggal 8 Juni 2011 (saat para anggota gagal menyepakati peningkatan produksi), harga minyak mentah pada bulan Juli 2011 turun sebesar 2,1 persen (harga rata-rata bulan Juli adalah sebesar US$ 105.9/bbl) akibat pengumuman International Energy Agency (IEA) untuk mengeluarkan 60 juta barel minyak ke pasar (yang diambil dari persediaan stok strategis) untuk 30 hari kedepan.Semester I tahun 2011, harga komoditas non-energi naik 3,0 persen, didorong oleh kenaikan harga pupuk sebesar 26,0 persen yang diakibatkan oleh tingginya permintaan.
Indonesia dan Pemulihan Krisis Ekonomi Global
Di saat pertumbuhan ekonomi global 2011 hanya mencapai 3,9 persen, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen. Hal ini merupakan pertumbuhan yang tinggi di saat dunia dilanda krisis sejak 2008, sekaligus yang tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-3 di Asia-Pasifik, setelah Cina dan India. Angka pertumbuhan 6,5 persen telah menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam kelompok G-20, kelompok yang menguasai 85 persen ekonomi dunia.
Apa yang menjadi keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia? Dalam 5 tahun terakhir, sejak krisis ekonomi melanda dunia pada 2008, perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan sinyal positif, dengan profil ekonomi yang kokoh dan fiskal yang sehat. PDB sebesar US$ 854 miliar pada 2011 telah menempatkan Indonesia sebagai negara ke-16 dengan ekonomi terbesar di dunia. Saat ini PDB Indonesia telah melampaui sejumlah negara Eropa, termasuk Belanda. Cadangan devisa terus meningkat sejak 2008, dari US$ 51 miliar menjadi US$ 106,5 miliar (per 30 Juni 2012) atau meningkat 109 persen. Pada 2006, Indonesia berhasil melunasi seluruh utang kepada IMF sebesar US$ 9,1 miliar. Profil perkembangan ekonomi Indonesia dalam kurun 2-3 tahun terakhir ini telah menarik perhatian sejumlah negara, termasuk lembaga internasional. Bank Dunia telah memproyeksikan bahwa Indonesia bersama Brasil, Cina, India, Korea Selatan, dan Rusia akan menyumbangkan 50 persen pertumbuhan global pada 2025. Kunjungan Presiden Republik Cek, Kanselir Jerman, Direktur IMF, dan Direktur Bank Dunia baru-baru ini ke Jakarta juga bermaksud untuk menggali prospek kerja sama dan melakukan diskusi pemulihan global, sebagai bentuk apresiasi dunia yang tinggi terhadap keberhasilan Indonesia dalam mengelola perekonomiannya. Dunia melihat Indonesia merupakan negara yang dapat berperan besar dalam menahan laju perlambatan global dewasa ini. Dengan profil ekonomi yang kokoh dan kedisiplinan fiskal yang terjaga dengan baik, Indonesia dipandang mampu menjadi raw model bagi negara lain, khususnya bagi zona Eropa, untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Indonesia juga berupaya mengajak negara-negara lain untuk bergandengan tangan dalam mencari upaya pemulihan global yang masih mendera dunia selama 5 tahun terakhir. Melalui forum KTT G-20 dan Rio+20, Indonesia telah mendorong komitmen seluruh anggota G-20 untuk turut serta mengupayakan solusi krisis global, khususnya di kawasan Eropa. Indonesia berbagi pengalaman terkait dengan model financial inclusion yang telah dilakukan selama beberapa tahun ini. Kesepakatan lainnya adalah komitmen pembiayaan negara-negara yang dilanda krisis utang, yang menjadi salah satu faktor perlambatan ekonomi dunia. Termasuk di antaranya komitmen anggota G-20 untuk mendukung lembaga-lembaga dunia, seperti IMF dan Bank Dunia, yang selama ini merupakan lembaga donor internasional yang banyak mengawal pertumbuhan global.
Sebagai lembaga donor internasional, IMF tentunya memerlukan dana yang relatif besar. Dana ini tidak hanya diperuntukkan bagi pemulihan zona Eropa, tapi juga bagi negara-negara miskin lainnya, sehingga keseimbangan global dapat terjaga dengan baik. Indonesia sangat berkepentingan dalam menjaga keseimbangan ekonomi global ini untuk menyokong akselerasi pembangunan dan pemerataan ekonomi nasional. Tekanan perlambatan ekonomi global berdampak besar bagi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dirasakan dalam 2 bulan terakhir, ketika surplus neraca perdagangan Indonesia mengalami penurunan, yang salah satunya sebagai akibat dari menurunnya permintaan global. Dengan pertimbangan tersebut, sebagai bentuk komitmen global dan turut berkontribusi pada penyelesaian krisis ekonomi global, Bank Indonesia berencana membeli surat berharga (obligasi) IMF sebesar US$ 1 miliar. Pembelian surat berharga IMF ini merupakan bentuk komitmen Indonesia terhadap pemulihan global, yang pada akhirnya juga berdampak pada pembangunan ekonomi nasional.
Penempatan dana melalui pembelian surat berharga IMF ini tidak menggunakan APBN, karena tercatat sebagai cadangan devisa berbentuk surat berharga. Penempatan dana (melalui pembelian obligasi IMF) menggunakan cadangan devisa di Bank sentral yang memang selama ini sebagian di antaranya dibelikan surat berharga, seperti US T-Bonds dan surat berharga beberapa negara, seperti dari Australia, Inggris, Kanada, dan Jerman. Penempatan dana ini bisa menghasilkan bunga berbasis special drawing rights (SDR). SDR ini merupakan cadangan aset internasional IMF yang bisa ditarik sewaktu-waktu jika dana utama IMF di bawah US$ 100 miliar. Hingga saat ini, dana utama IMF sebesar lebih dari US$ 400 miliar. Di sisi lain, pembelian obligasi IMF ini diharapkan dapat berdampak terhadap stabilitas ekonomi dan keuangan global yang diprediksi akan tetap berisiko dalam 2 tahun ke depan. Revisi proyeksi pertumbuhan global pada 2012 dan 2013 merupakan indikasi masih besarnya risiko stabilitas ekonomi dan keuangan global yang secara tidak langsung dapat berdampak bagi perekonomianIndonesia.
Mendukung upaya pemulihan global bagi Indonesia merupakan langkah strategi guna memuluskan kepentingan nasional karena akan menahan tekanan menurunnya permintaan, menahan volatilitas nilai tukar, meningkatkan investasi jangka panjang yang dapat digunakan untuk pembiayaan infrastruktur, serta meningkatkan sektor riil. Tentunya langkah ini dilakukan tanpa mengurangi skala prioritas untuk pembenahan ekonomi dalam negeri, di mana sejumlah agenda percepatan pembangunan infrastruktur dan sistem logistik nasional dilakukan. Selain itu, upaya ini dimaksudkan untuk mempersiapkan daya saing nasional (national competitiveness) dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015. Komitmen untuk hilirisasi dan industrialisasi sedang dilakukan untuk memperkuat struktur ekonomi Indonesia. Investasi dan penciptaan lapangan kerja untuk terus menopang daya beli masyarakat merupakan strategi pembangunan di saat terjadi pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor Indonesia.

Perkembangan Bisnis Internasional 10 tahun mendatang
Laporan HSBC Trade Connection Report 2011 menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu dari empat negara berkembang di Asia, selain India, Vietnam, dan China, yang akan mengalami pertumbuhan perdagangan tertinggi sampai dengan 2025. Empat negara Asia ini masuk dalam lima besar negara di dunia yang diperkirakan akan mengalami pencapaian tersebut.
Indonesia sendiri berada di peringkat keempat, setelah Mesir, India, dan Vietnam. Dalam laporan yang bersumber salah satunya dari HSBC Trade Forecast ini, rata-rata pertumbuhan volume perdagangan Indonesia sebesar 7,3 persen per tahunnya. Bahkan, dalam 15 tahun ke depan, total pertumbuhan perdagangan Indonesia diperkirakan naik sebesar 144 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspor komoditas.
Prediksi pertumbuhan perdagangan Indonesia ini sejalan dengan optimisme pelaku perdagangan antarnegara. Menurut survei HSBC TCI, pada semester kedua tahun ini, optimisme eksportir dan importir Indonesia naik 21 poin ke level 144. Hasil survei itu menjadikan pelaku perdagangan Indonesia paling optimistis di antara 21 negara di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika, dan Eropa yang dijadikan sample.
"Tingkat optimisme dari pelaku perdagangan pada survei kali ini tidak hanya naik secara signifikan, tetapi juga menjadikan eksportir dan importir Indonesia memiliki optimisme tertinggi," ujar Nirmala Salli, Head of Trade HSBC Indonesia, dalam pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (20/10/2011).
Menurut Nirmala, tren ini penting untuk dicermati karena berdampak terhadap kebutuhan pelaku usaha terhadap akses finansial perdagangan. Sebab, lanjutnya, seiring dengan optimisme naiknya volume perdagangan, membaiknya kualitas supplier dan buyer, serta kepercayaan terhadap stabilitas nilai tukar dan regulasi, pelaku bisnis percaya diri untuk meluaskan ekspansi keluar negeri. Dan, ekspansi ini tentunya akan membutuhkan tambahan modal.
"Kesiapan sektor perbankan diperlukan dalam mendukung hal ini," ujar Nirmala.
Meskipun pelaku pasar percaya terhadap stabilitas nilai tukar dan regulasi, kedua hal ini juga bisa menjadi tantangan utama di tengah optimisme pelaku perdagangan internasional. Menurunnya permintaan terhadap produk juga termasuk kendala utama yang kian dikhawatirkan pelaku bisnis. Dengan tingkat pertumbuhan perdagangan 7,3 persen per tahunnya, Indonesia akan menyumbang 1,3 persen terhadap volume perdagangan internasional dalam 15 tahun ke depan.
Selain itu, pada tahun 2025 nilai perdagangan Indonesia diprediksi akan naik menjadi 619,6 miliar dollar AS dari 280,4 miliar dollar AS pada tahun 2010.
Perdagangan Indonesia dengan negara berkembang terus tumbuh
Sementara itu, menurut indeks HSBC TCI, pelaku bisnis masih melihat China dan ASEAN sebagai mitra utama perdagangan Indonesia saat ini dan dalam enam bulan ke depan. Jerman juga dipandang sebagai negara dengan prospek perdagangan yang positif.
Bagi para importir, mitra utama para pelaku bisnis adalah China, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia. Sedangkan Jepang, China, Amerika Serikat, Singapura, dan Korea merupakan mitra utama eksportir Indonesia.
Selain itu, berdasarkan HSBC Trade Forecast, dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan, perkembangan perdagangan Indonesia dengan negara-negara berkembang lainnya akan semakin signifikan. Ada beberapa koridor perdagangan yang memiliki tingkat pertumbuhan paling signifikan, yaitu perdagangan Indonesia dengan China, Argentina, Rusia, Mesir, India, Ceko, Hongkong, Meksiko, dan Brasil.
Untuk diketahui saja, HSBC Trade Connection Report 2011 merupakan gabungan dari HSBC TCI yang menangkap optimisme pelaku perdagangan internasional dan HSBC Trade Forecast yang merupakan prediksi dari pertumbuhan perdagangan pada 5, 10, hingga 15 tahun ke depan.